Tentang lelaki idaman, Sang Ufuk Biru:


Hatiku tersentak mendengar kau t’lah kembali
Namun ku hanya diam
Kutakut bergeming dari tempatku
Aku tak kuasa mendekatimu
Aku takut…
Aku takut tak akan bersamamu nanti
Biar saja rasa ini hanya untuk dirasa
Bukan dirangkai, dikata apalagi dinyatakan
Aku tak layak untuk mengutar rasa padamu
Bukannya aku lemah
Tapi karena aku seorang muslimah
Aku tak ingin membagi cintaNya di hatiku sekarang
Andai hati ini pun terbagi
Biar hanya dia yang membagi untuk siapa aku pantas memberi
Pukul sebelas malam aku terperangah kaget
Engkau yang kuimpikan selama ini menyapaku lewat abjad
Maaf, bila jawabanku saat itu sinis
Aku tak ingin terlena, hingga kutumpah s’gala rasa yang telah kututupi kepadamu
Aku takut tak bisa menjadi milikmu di sisiNya
Aku berjuang di jalanNya
Kau pun berjuang di jalanNya
Salahkah bila aku mendambakanmu sebagai imamku kelak?!
Aku tak ingin bila kita dekat, malah mendekatkan kita pada maksiat
Pukul Sembilan pagi kau kembali menyapaku
Namun kau ingin pamit untuk kembali berjuang
Maaf, aku tak menjawab apa-apa saat itu
Aku takut terjebak saat-saat terakhir
Namun asal kau tak tahu
Aku tersenyum dan melambaikan tangan dari kejauhan
Aku terharu dengan kegigihanmu dalam berjuang, aku kagum, aku terpesona dengan langkah jihadmu
Aku tak ingin seperti wanita yang biasa saja di mata hatimu
Aku tak ingin hanya seperti teman-teman perempuan biasa lainnya
Biar saja kau tak pernah tahu rasa ini
Walau aku berharap namaku terselip indah pada bait doa-doamu
Dan aku tak ingin tahu hatimu
Biar kita saling menjaga hati kita masing-masing
Biar aku pura-pura buta, tak melihatmu
Biar aku pura-pura bisu, tak berkata padamu
Biar aku pura-pura tuli, tak mendengarmu
Biar aku pura-pura lumpuh, tak dapat mendekatimu
Biar semua pura ada untuk saat ini
Hingga nanti…
Hingga Dia berkehendak kita tak bersama
Akan kuharap dirimu di sini menjemput hatiku dalam lingkaran cintaNya
Maaf sudah lancang mengharap sepertimu…

Salam,
Cahaya Jingga

Komentar

Postingan Populer

GALERI

GALERI