"Perjalanan Sajak"

KOTAMU CINTAKU
Hari ini aku ada di kotamu
Kota impianku
Kota yang sering kutengok dulu
Walau hanya lewat sebuah peta
Andai kau tahu
Sekarang aku ada di kotamu
Kota yang sering kau banggakan padaku
Walau kau tahu apa peduliku
Sayang…
Itu lima tahun yang lalu
Mungkin kau telah melupakanku
Orang yang tak dapat melupakanmu
Kan kunikmati kotamu sendiri
Menapak tilas jejakmu di sekeliling pantai
Memandang nanar ke langit gelap kota
Menjelajahi gemerlap lampu malam kotamu
BATAS
Kutegakkan wajahku
Menatap ambang air samudera
Yang tak lagi kupandang biru
Karena tercampur warna siluet senja
Aku duduk di atas pasir
Berharap pasir ini pernah kau sentuh
Sekilas kutersenyum mengingatmu
Suara tegar namun tak pernah buyar
Aku tahu jejakmu denganku saat ini
Tak sejauh dulu lagi
Ingin rasanya kau jemput diriku di sini
Yang coba menghalau mentari pergi
Namun kuyakin
Tirai kali ini lebih kuat
Karena sebersit angan menawanmu
Dalam ruang yang tak mampu tersingkap
MENGURAS HATI
Daun kering terseka angin
Luruh pelan jatuh di sampingku
Mengambil pusat perhatian pikirku
Yang sedang merehat waktu
Ranting saja rela melepas daun penghiasnya
Tapi mengapa aku sungguh keras kepala
Tetap duduk di sini
Walau tahu kan sia-sia
Separo hati ini
Memang bukan milikku lagi
Karena separo hati ini
Telah rela kubiarkan pergi
Aku masih punya asa sempurna
Yang dapat kupersembahkan untuk sang jiwa
Namun pabila yang satu ini dipinta
Apakah mesti akan kuberi jua?
SAKIT
Kini embun tak lagi ada
Kalah mengucil di antara tetesan hujan
Musim mengantar waktu pada cinta yang tertahan
Menyelaras masa berhutang rindu
Banyak cinta kuperoleh darimu
Senda tawa kau bingkis untukku
Namun saat kumemikirkan dirimu
Tak dapat lagi kulalui waktu bersamamu
Kala hati ini ingin disapa
Kemayaan datang menawan suara
Lagi-lagi kalah terselaput riak hujan
Yang semakin sering menemani malam
Duh Gusti!
Mengapa rasa ini harus terhenti di sini
Sedangkan kau mengerti
Ini sudah yang kesekian kali
PERJALANAN SAJAK
Sudah tiba saatnya aku pulang
Perjalanan ini telah sampai disini
Tak perlu lagi ada yang dicari
Karena aku hari ini kembali
Tercapai sudah hasrat lama
Menjengukmu di ujung senja
Pertautan maya dengan nyata
Menjadi kisah perjalan sajak
Kupenuhi sudah janjiku
Yang sering kau pinta padaku
Walau sebenarnya tak kutemui ragamu
Kecuali bekas nafas dan jiwamu
Selamat tinggal
Semoga tak ada sesal
Pertemuan ini hanya sekali
Namun kuharap cukuplah bagi jiwa ini
NEVER LET GO…
You came to me once
Stay in my imagine for a lifetime
Never let me go
Because never let you go
Don’t be confused
Because the heart is you
Somehow I falled here
Into your love deeply
Cannot get off easy
Holding too tight
You limited my freedom
Right across standing behind you
Hi,
I call you
Please, more…
Never let me go!
Forever…
I’M ZERO
My heart was numb
Followed close his spirit
Gonna far along
Around limitless area
Since the time
I were died
Although still caught on the earth
I didn’t have a soul
My soul was lost
Looked too pale among the stars
Unseeable in the dark night
Really, really poor
My heart is limp
It almost his
Perpetual his
Forever his
Mine?
;Mine just blank
FIVE
Five is not evenness
Five is not much
It’s just more than four
Little than six
I’m frustrated
Because of five
I’m dizzy
Because of five
At
; your presenced name in five times
In my heart prays
As long as the day
APA SALAHKU?
Engkau sungguh membuatku gila
Apa salahku padamu
Sehingga aku engkau siksa
Dengan dera cinta yang tiada tara
Mengapa aku tetap terjatuh
Ke lobang yang telah kututupi dengan air mata
Apa deritaku selama ini masih kurang
Atau barangkali engkau belum puas
Sebongkah batu bertohok di hatiku
Rasanya sakit
Terlalu berat untuk kutanggung sendiri
Dengan hati yang kumiliki
Kenapa kau selalu meminta air mataku?
Kenapa kau sering menyita waktuku?
Kenapa kau menawan pikiran bebasku?
Kenapa kau ingin semua masaku?
BEBAN
Lengkap sudah derita batin ini
Karena sebakul penat telah kupikul sendiri
Mungkinkah bahagia datang menghampiri
Derap-derap langkah yang melukis
Jejak kunang-kunang penari
Meredup menapak malam
Dengan air mata yang tak sanggup lagi menetes
Sebab gerah teradu bara api
DIA KELELAHAN
Gadis lugu berjalan menunduk
Tak ada yang tahu apa yang dia cari
Tapi isyarat langkahnya mengabarkanku
Enggan menatap tegak ke arah depan
Ingin kumenuntunnya agar tak terjatuh
Tapi matanya malah mengisyaratakan larangan
Andai dia tahu
Aku juga pernah terpuruk sepertinya
Pastinya dia harus bangkit juga
Setidaknya hanya mencoba
Mencoba keluar dari keterpurukan hati
Yang hampir menyantap seperempat hati
KISAH MATAHARI DAN BUMI
Cemburu aku melihat matahari
Walau sering dicaci orang
Karena teriknya yang sangat menyengat
Tetap saja bumi memintanya untuk menemani
Cemburu aku kepada bumi
Walau sering tanahnya pecah
Karena terik matahari yang begitu menyengat
Tetap saja ia biarkan panas matahari menyelimutinya
Tapi engkau begitu angkuh
Menolak kehadiranku yang kau undang
Seandainya dulu tak kau pinta aku datang
Tak kan bodoh aku beranjak dengan gamang
Susah payah kutegakkan dengkul ini
Hanya untuk memenuhi inginmu
Setelah tempatmu kugapai
Sekenanya hati ini kau patahkan lagi
TRAUMA
Salahkah bunga
Yang tak menyukai
Kedatangan kumbang
Salahkah kelopak
Memlih jatuh ke tanah dahulu
Sebelum ada kumbang menghinggapinya
Aku trauma
Bukan karena derita
Tapi karena cinta memaya
Bukan kuego
Karena sudah berkali
Kesempatan kedua kuberi
;Sungguh, aku hanya trauma!
PERSUAAN SEMU
Sang sore dijenguk rintik hujan
Sungguh yang ada hanya penyesalan
Setelah empat belas hari
Aku bergumul dengan kesesatan
Dadaku menyesak
Mengerti keadaan yang begitu muak
Menerpa, menerjang, meneriak
Seolah lagu ini selalu seriak
Akhir ini bukan pengalaman pertamaku
Yang selalu membekukan sang waktu
Kali ini lebih membatu
Akibat jiwa yang dipenuhi sembilu
At 11th Sept’ 08
Ungkapan cinta untuk yang tercinta;
Indah nian kau jaga aku
Kuakui kutersanjung atas semua itu
Terpana aku akan gigihnya dirimu
Aku kagum…
Bukan padamu
Bukan pula pada parasmu
Tapi pada kekokohanmu
Karena jiwamu menyemat indah
Di antara kilau gemintang malam
At 12th Sept’ 08
Hatiku untukmu
Yang menemani sepimu
Sedia berpindah tonggak
Tanpa kau pinta adanya
Ingin menjagamu
Dari kejemuan
Dalam penatmu
Meraih senyuman
Seindah bulan
Tersembul di balik dedaunan
Tempat kau menggantungkan harapan
Kan kulengkapi dengan dinginnya malam
Walau jarum jam berputar lamban
Menepati waktu
Namun ia setia menemaninya
Menyulam detik demi detik
Minimnya nyawa
KAMU
Pikirku akanmu
Tak akan pernah habis
Mencari jiwamu
Yang hampir setiap
Hembusan nafasku
Mengembun dingin
Menyapanya
Hanya untukmu
Menyelaras senja jingga ini
UJUNG PERJALANAN SAJAK
Di detik itu
Kurasa cerminku tak kau akrabi
Tapi di tepi-tepi ulu hati
Parasmu masih
Terlukis ranum
Mencuat tinggi, narsis
Ujung perjalanan sajak
Di pagi itu
Kurasa bahasaku
Tak kau dengar lagi
Tapi di sajak perihku
Lafadzmu selalu mendampingi abjadnya
Ujung perjalanan sajak
Hari itu
Kurasa nafasku tak kau rasa lagi
Tapi di tengah keramaian ini
Masih saja kucium
Harum tubuhmu
Merebak sama rata
Memenuhi paru-paruku
MALAM LEBARAN
Komparasi
Hiruk, Senyap
Tawa, Air mata
Meriah, Gundah
Ramai, Sepi
Situasi
Kota, Rumah sakit
Kembang api, Dokter
Kendaraan, Kursi roda
Khalayak ramai, Pasien
Pawai, Sakaratul maut
Suka cita, Sakit
Eluan, Rintihan
Dua hal berbeda
Dalam waktu sama
TIGA BATANG BISKUIT
Kemarin mama datang, tante
Ia menjemputku
Aku bingung mau ngasih tante apa
Karena aku tak punya
Sesuatu berharga
Yang kupunya hanya sebungkus biskuit
Yang kubeli di sekolah
Waktu istirahat kedua
Tante, ini tiga batang biskuit
Biskuit ini lezat
Sengaja kusisihkan untuk tante
Yang selalu mendukungku
Membimbingku
Mengajariku
Menemaniku
Dan menghiburku
Ma’af, tak sempat pamit
Karena ku takut tante sedih
Selamat tinggal, tante
Aku pulang selamanya ke rumah
Terima kasih karena tante mau
Menjadi mama aku
MENITI PELANGI At 17th des’ 08
Jangan takut meniti pelangi
Walau cintanya kian menipis
Dengarlah sepanjang suara
Bisik malam yang menghias
Tak ada mawar
Melati bertawar
Tak ada bintang
Malam tetap membentang
Membalut lukamu
Meniup perihmu
Dengan sentuhan merdu
Mari kita melangkah
Bersama meniti pelangi
Tak usah mengiri warnanya
Karena kau juga punya warna
Biru…
RAIN IN SUMMER
Teth, teth, teth…
Rain is falling to the earth
Sky is crying
Ground is wet
I know the sky knows
I’m yearning my mom
This year the rain came early
Summer season invited the rain into its season
It will be the greatest miracle in the year
All things know my feeling
I’m yearning my mom, really
Komentar
Posting Komentar