Love for dad
Darrr, darrr…
Terdengar bunyi gelegar guntur mengiringi hujan yang menghiasi hening malam. Kami sekeluarga berkumpul di ruang tengah. Tiba-tiba kudengar adikku bertanya pada ibuku, “Ma, abah kahujanan lah di kubur? Kaya’ apa sidin di kubur saurangan?”. Sudah 2 menit berlalu, namun tak jua kudengar sepatah kata pun keluar dari mulut ibuku. “Kaya’ apa he, ma?”, adikku kembali mengulang pertanyannya.
“Adly…, abah kada usah dihara akan, abah baik haja di sana bila Adly sambahyang lima waktu kada ditinggal. Iya lah, ka rora?”, aku tak menyangka ibuku meminta dukunganku atas jawabannya. “Inggih, ding ai… lawan pian jangan kada ingat jua mambaca do’a ibu bapak satiap imbah sambahyang. Supaya Allah sayang abah wan mama kita”, jawabku.
“Kaya’ apa di dalam kubur tu, ma? Ujar iwan kadap, bujurlah?”, adikku kembali bertanya. “Bila amal ibadah kita di dunia ni banyak, maka kuburnya tarang wan lapang. Tapi mun kita banyak manggawi maksiat, maka kuburnya kadap wan halus”, ibuku menjawab dengan bijak.
Aku beranjak dari ruang tengah menuju kamar. Tak dapat ditahan, setetes air hangat pun jatuh dari salah satu sudut mataku. Aku tak ingin terlihat lemah di depan adikku. Aku tidak ingin dia melihat air mataku karena mengenang ayahku. Aku ingin dia tumbuh menjadi lelaki yang teguh dan kokoh. Aku ingin jiwanya tegar, hingga tak akan ada kalimat Sabar itu ada batasnya.
Ya Allah…, tabahkanlah hati kami yang ditingggalkan olehnya. Lapangkanlah alam kuburnya dan jadikan kami anak yang shaleh dan shalehah Semoga abi disayang Allah (Amien… ya Rabbal ‘Alamien).
This is dedicated for my lovely dad
Komentar
Posting Komentar